Inilah yang perlu diperhatikan oleh orang tua yang sudah memiliki anak, apalagi anak tersebut tergolong anak yang susah untuk diatur, atau yang sering dibilang orang sebagai anak yang nakal, anak yang bandel, dan lain-lain. Kebanyakan dari orang tua, dalam mendidik anaknya memberikan suatu aturan tertentu yang menjadi standar untuk sikap dan kepribadian anak tersebut. Dalam menanamkan standar tersebut, orang tua biasanya cendenrung egois untuk menerapkannya, padahal inilah yang menjadi penyebab utama kenapa anak menjadi anak yang susah diatur, atau yang sering dibilang anak yang nakal. Padahal bukanlah seperti itu, anak menjadi susah diatur untuk mengikuti standar tersebut karena mereka menjadi jenuh dan merasa tertekan oleh keadaan yang menginginkan si anak menjadi seperti standar yang telah ditentukan oleh orang tuanya. Inilah yang memicu anak menjadi nakal terlebih membangkang dengan standar aturan tersebut.
Memang, orang tua menanamkan standar itu untuk kebaikan si anak sendiri, akan tetapi seharusnya orang tua harus mencari celah yang sesuai untuk menanamkan standar aturan tersebut. Seorang anak itu tidak bisa dipaksa dan tidak bisa diberi sesuatu dengan cara kekerasan. Kondisi mental anak yang masih labi jika tertimpa dengan keadaan yang berat dan bersifat keras pada dirinya akan membuat anak tersebut menjadi labil atau bahkan malah menjadi garang. Dalam mendidik seorang anak sangatlah diperlukan yang namanya kesabaran. Kita tanamkan standar aturan yang kita mau, tapi haruslah sedikit demi sedikit, janganlah langsung secara bersamaan yang malah menjadikan anak tersebut tertekan dan akhirnya berontakatau membangkang.
Sering kita mendengar dari perkataan dengan "label" yang dirasa kurang baik atau negatif dari orang tua kepada anaknya saat anaknya membangkang dari aturan yang telah ditanamkan. Misalkan saja seorang anak yang malas dusurh mandi dan tidak mau disuruh mandi, biasanya orang tua berkata "dasar anak bandel! disuruh mandi gak mau", dan itu terucap langsung dihadapan anak tersebut. Dan pastinya, respon dari anak tersebut akan merasa takut kepada orang tuanya, apalagi orang tuanya berkata seperti itu dengan ekspresi yang marah, ini menambah rasa ketakutan anak kepada orang tuanya. Dengan keadaan ini, yang jadi mental si anak bisa tergerus dengan rasa takut yang tertanam tadi.
Sebagai orang tua yang baik, untuk menanamkan standar aturan yang telah ditentukan, sebaiknya menggunakan cara-cara yang kreatif dan disukai oleh anaknya. Hindarilah kekerasan dan memberikan "label" negatif kepada anak. Ini akan sangat membantu anak untuk menyerap dan melakukan serta mentaati standar aturan tersebut. Cara kreatif tersebut bisa muncul dari kedekatan orang tua dengan anak, karena orang tua lah yang lebih tau apa yang diinginkan anaknya. Anaknya seperti itu pasti ada alasannya, dan itu yang harus dipelajari oleh orang tua, bukan menanamkan paksaan kepada anak untuk tetap mengikuti standar aturan tersebut.
Misalkan si anak tadi susah banget disuruh mandi sore, dan anak tersebut berlari-lari setiap disuruh mandi. Dalam menghadapi keadaan sepert itu, orang tua sebaiknya segera mencari akal agar anaknya berhenti berlari-larinya dan mau diajak mandi. Cara kreatif yang dapat dilakukan adalah memberikan makanan yang setidaknya si anak itu suaki supaya anak tersebut berhenti berlari-lari. Setelah berhenti barulah dibujuk untuk mandi. Caranya pun cari yang paling dia suaki, misalnya, nanti mandinya bareng sama benda-benda yang disukai, atau diajak mandi bersama dengan orang tuanya. Tapi, hindarilah cara yang bersifat berbohong atau menakut-nakuti si anak. Karena ini akan membuat si anak menjadi turun mental.
Pemisalan di atas adalah sekedar contoh cara yang dilakukan ketika menghadapi keadaan tersebut. Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah ketika si anak melakukan standar aturan yang telah ditentukan dengan baik, sebaiknya orang tuanya memberikan suatu reward (hadiah) atau pujian kepada anaknya tersebut. Hal ini akan membantu anak untuk tetap melakukan standar tersebut. Tetapi, janganlah memberikan reward (hadiah) yang berlebihan, karena dapat membuat anak menjadi manja.
Hal tersebut dilakukan supaya anak tidak salah dalam membentuk kepribadiannya. Jangan sampai anak menganggap dirinya menjadi selalu disalahkan yang akan berakhir pada perubahan sifat anak menjadi negatif.
Memang, orang tua menanamkan standar itu untuk kebaikan si anak sendiri, akan tetapi seharusnya orang tua harus mencari celah yang sesuai untuk menanamkan standar aturan tersebut. Seorang anak itu tidak bisa dipaksa dan tidak bisa diberi sesuatu dengan cara kekerasan. Kondisi mental anak yang masih labi jika tertimpa dengan keadaan yang berat dan bersifat keras pada dirinya akan membuat anak tersebut menjadi labil atau bahkan malah menjadi garang. Dalam mendidik seorang anak sangatlah diperlukan yang namanya kesabaran. Kita tanamkan standar aturan yang kita mau, tapi haruslah sedikit demi sedikit, janganlah langsung secara bersamaan yang malah menjadikan anak tersebut tertekan dan akhirnya berontakatau membangkang.
Sering kita mendengar dari perkataan dengan "label" yang dirasa kurang baik atau negatif dari orang tua kepada anaknya saat anaknya membangkang dari aturan yang telah ditanamkan. Misalkan saja seorang anak yang malas dusurh mandi dan tidak mau disuruh mandi, biasanya orang tua berkata "dasar anak bandel! disuruh mandi gak mau", dan itu terucap langsung dihadapan anak tersebut. Dan pastinya, respon dari anak tersebut akan merasa takut kepada orang tuanya, apalagi orang tuanya berkata seperti itu dengan ekspresi yang marah, ini menambah rasa ketakutan anak kepada orang tuanya. Dengan keadaan ini, yang jadi mental si anak bisa tergerus dengan rasa takut yang tertanam tadi.
Sebagai orang tua yang baik, untuk menanamkan standar aturan yang telah ditentukan, sebaiknya menggunakan cara-cara yang kreatif dan disukai oleh anaknya. Hindarilah kekerasan dan memberikan "label" negatif kepada anak. Ini akan sangat membantu anak untuk menyerap dan melakukan serta mentaati standar aturan tersebut. Cara kreatif tersebut bisa muncul dari kedekatan orang tua dengan anak, karena orang tua lah yang lebih tau apa yang diinginkan anaknya. Anaknya seperti itu pasti ada alasannya, dan itu yang harus dipelajari oleh orang tua, bukan menanamkan paksaan kepada anak untuk tetap mengikuti standar aturan tersebut.
Misalkan si anak tadi susah banget disuruh mandi sore, dan anak tersebut berlari-lari setiap disuruh mandi. Dalam menghadapi keadaan sepert itu, orang tua sebaiknya segera mencari akal agar anaknya berhenti berlari-larinya dan mau diajak mandi. Cara kreatif yang dapat dilakukan adalah memberikan makanan yang setidaknya si anak itu suaki supaya anak tersebut berhenti berlari-lari. Setelah berhenti barulah dibujuk untuk mandi. Caranya pun cari yang paling dia suaki, misalnya, nanti mandinya bareng sama benda-benda yang disukai, atau diajak mandi bersama dengan orang tuanya. Tapi, hindarilah cara yang bersifat berbohong atau menakut-nakuti si anak. Karena ini akan membuat si anak menjadi turun mental.
Pemisalan di atas adalah sekedar contoh cara yang dilakukan ketika menghadapi keadaan tersebut. Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah ketika si anak melakukan standar aturan yang telah ditentukan dengan baik, sebaiknya orang tuanya memberikan suatu reward (hadiah) atau pujian kepada anaknya tersebut. Hal ini akan membantu anak untuk tetap melakukan standar tersebut. Tetapi, janganlah memberikan reward (hadiah) yang berlebihan, karena dapat membuat anak menjadi manja.
Hal tersebut dilakukan supaya anak tidak salah dalam membentuk kepribadiannya. Jangan sampai anak menganggap dirinya menjadi selalu disalahkan yang akan berakhir pada perubahan sifat anak menjadi negatif.
