Mengintip Diskotik Berjalan ala Kupang !

SEPERTI kata peribahasa, lain lubuk lain ikannya, lain kota lain pula jenis kendaraannya. Bentor, sebagai akronim dari becak montor itu terkenal di Gorontalo, lain pula becak, meski sama-sama beroda tiga, alat transportasi tradisional yang masih mencoba eksis di Jawa itu tetap memiliki keunikannya sendiri dari segi bentuk dan perfoma.


Dan, meski memiliki nama yang sama, bemo di Jakarta juga nyata-nyata berbeda dengan bemo di Kupang. Entah siapa meniru siapa, tak jelas juga bagaimana sejarah itu bermula hingga orang-orang Kupang menyebut angkutan kota (angkot, red) mereka dengan sebutan "bemo". Ingin menyamai bemo Jakarta, kah? Hm, sepertinya tidak. Apalagi konsep yang ditawarkan bemo Kupang berbeda jauh dengan bemo bermoncong panjang milik angkutan kota Jakarta itu.



Sekilas, bemo Kupang memang tak berbeda jauh dengan angkot pada umumnya di kota-kota besar seperti Semarang atau Bogor. Angkot berjenis mini bus itu mampu menampung 15 penumpang sekaligus. Uniknya, bemo Kupang justru menawarkan hingar bingar yang tak biasa.


Tak seperti bemo Jakarta yang identik dengan mesin motor bersuara nyaring dan bising, bemo Kupang justru bermesin halus, tak berisik. Saat menaikinya, keunikan di dalamnya adalah suguhan utamanya. Anda akan disambut hingar bingar musik yang segera menyergap telinga. Rasanya bagai diajak masuk ke dalam diskotik berjalan yang "full music".


Kotak sound sytem dengan dukungan dua hingga tiga amplifier terpasang di setiap sudut kabin bemo. Dentuman musiknya jelas menghentak kuat, membuat degup jantung Anda ikut berdetak keras mengikuti irama musik yang diputar. Musik yang hingar bingar ini dipercaya sanggup mengusir kebosanan para penumpang, bahkan membuat si pemegang kemudi tetap terjaga alias tak mengantuk selama perjalanan.


Sebelum beroperasi melewati trayek resminya, para pemilik bemo tak pernah alpa mengecek sound system. Semuanya demi menyajikan kenyamanan dan hiburan terbaik kepada penumpangnya. Maklum, pemilik bemo tentu tak ingin kehilangan pelanggannya, mengingat bemo Kupang semakin langka. Karena kini sisanya hanya sekitar 3 atau 5 unit saja yang masih bertahan.


Pernak-pernik


Tak hanya menyuguhkan performa musik lewat dukungan sound-nya yang "ciamik", bemo Kupang berani tampil "ramai" dengan segala atributnya. Aksesoris itu menghiasi dashboard bemo, diantaranya, boneka "goyang", takometer, lampu warna-warni atau sekedar car freshner (pengharum mobil) yang memanjakan hidung penumpangnya.


Bemo Kupang sepertinya juga sangat tahu bagaimana cara "bersolek" dan tampil sebagai angkot yang unik. Cat mobil yang membalut bodi bemo sengaja dikelir warna cerah seperti permen, dinamis seperti jiwa pengemudinya yang kebanyakan pemuda. Demi memanjakan mata penumpang, dinding bemo pun dipenuhi gambar-gambar, mulai dari gambar wanita seksi sampai mobil balap.


Bemo juga berhias stiker mural (lukisan stiker mirip seni kaca patri) yang memenuhi kaca depan dan belakangnya. "Gangguan" stiker-stiker inilah yang terkadang menyulitkan si pemegang kemudi melihat arah jalan di depan, sehingga rawan terjadi kecelakaan. Kekhasan lainnya terletak juga pada bunyi klaksonnya yang aneh. Alasan dimodifikasi, tentu saja agar penumpang bisa segera mengenali keberadaan bemo meski hanya mendengar suara klaksonnya. Ada-ada saja.


Lampu penanda


Jika angkot lain pada umumnya menerapkan jalur resmi (trayek) melalui tempat yang dilaluinya, maka bemo Kupang lagi-lagi memilih cara uniknya. Perlu diketahui, setiap bemo di Kupang (dan juga NTT) memiliki nama tersendiri. Untuk menentukan jalur yang dilewati ditandai dengan nomor yang diletakkan pada sebuah lampu yang terpasang di atas bemo. Jadi, jangan heran saat Anda ke Kupang dan mencoba naik bemo, Anda akan ditanya, "Mau naik bemo lampu berapa?.."


Agar Anda tak tersesat, berikut ini informasi awal jalur-jalur yang dilewati bemo Kupang:

lampu 1 : Sikumana-Oepura-Kuanino-Oeba

lampu 2 : Oepura-Kuanino-LLBK-Kampung Solor-Oeba

lampu 3 : Terminal Kupang-Kuanino-Bakunase

lampu 6 : Oebufu/Flobamora mall-Oebobo-terminal Kupang

Lampu 5 : Oebobo-Oeba-Terminal Kupang

lampu 7, 27 : Walikota-Kupang

Lampu 10 : Walikota-Pasirpanjang-Kupang*


Lagi-lagi seperti bunyi pepatah, banyak jalan menuju roma, banyak cara mencari penumpang. Harus diakui, keberadaan "diskotik berjalan" ala kota Kupang ini adalah hiburan tersendiri bagi warganya. Keunikannya telah menjadikan bemo, tak lagi sebagai alat transportasi semata, namun menjadi kendaraan favorit semua lapisan masyarakat Kupang.


Inilah bukti, bemo Kupang tak ingin menyerah dan senasib dengan bemo Jakarta yang makin punah dibayangi bus TransJakarta yang semakin gagah melaju. Oleh Er Maya Nugroho


◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2009 Kompasiapa