Kasus penyimpangan seksual antara manusia dengan binatang atau yang disebut Zoophila terus bermunculan. Yang sering menjadi pertanyaan banyak orang, bisakah binatang tersebut hamil oleh sperma laki-laki?
Seperti dikutip dari Thebrightesthub.com, pada permukaan sperma terdapat reseptor yang bisa melengkapi reseptor di sel telur.
Jadi jika reseptor di sperma tidak bisa melengkapi reseptor di sel telur, maka pembuahan tidak akan terjadi. Selain itu binatang yang berasal dari spesies berbeda pun tidak bisa berkembang biak satu sama lain.
Akibat perbedaan reseptor ini maka sperma dari manusia hanya bisa mengenali sel telur dari manusia, begitu juga sebaliknya sperma binatang tidak bisa menghamili manusia.
Selain itu susunan genetik dari satu spesies dengan spesies berbeda lainnya tidak bisa menghasilkan keturunan, sehingga jawaban untuk pertanyaan ini tentu saja sperma manusia tidak bisa menghamili binatang.
Hal ini juga turut diamini oleh Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS, Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) saat dihubungi detikHealth. Prof Wimpie menuturkan seorang manusia tidak mungkin bisa menghamili binatang.
Prof Wimpie mengatakan seseorang yang tertarik bersetubuh dengan binatang bisa diklasifikasikan apakah sekedar iseng atau murni mengalami penyimpangan seksual.
“Untuk kasus manusia yang menyetubuhi binatang harus dilihat terlebih dahulu apakah ia memang memiliki penyimpangan atau hanya keisengan saja.
Jika hanya dilakukan sekali lalu timbul penyesalan, maka bukan disebut dengan penyimpangan atau kelainan,” ungkap pengajar di Bagian Andrologi dan Seksologi, Pusat Studi Anti-Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali ini.
Prof Wimpie menjelaskan jika seseorang merasa terangsang dengan binatang atau saat dihadapakan pada pilihan antara binatang atau manusia ia memilih binatang, maka orang tersebut dapat dinyatakan memiliki penyimpangan atau kelainan.
Untuk kasus seperti ini, tidak ada perawatan khusus yang bisa diberikan oleh orang tersebut untuk menyembuhkan penyimpangan ini.
“Sementara itu jika seseorang yang menyetubuhi binatang hanya karena iseng akibat tidak ada pelampiasan untuk nafsu seksualnya, maka kondisi ini masih bisa disembuhkan karena bukan berupa penyimpangan,” ujar dokter yang mendapatkan gelar seksolog dari University of Washington, Amerika Serikat.
Menyetubuhi binatang juga sangat berbahaya bagi kesehatan salah satunya adalah penularan penyakit dari binatang tersebut ke manusia (zoonosis).
Perpindahan kuman ini bisa melalui cairan vagina, urin, saliva atau feses. Dalam hal ini manusia tersebut juga sangat rentan untuk terkena infeksi seksual.
Seperti dikutip dari Thebrightesthub.com, pada permukaan sperma terdapat reseptor yang bisa melengkapi reseptor di sel telur.
Jadi jika reseptor di sperma tidak bisa melengkapi reseptor di sel telur, maka pembuahan tidak akan terjadi. Selain itu binatang yang berasal dari spesies berbeda pun tidak bisa berkembang biak satu sama lain.
Akibat perbedaan reseptor ini maka sperma dari manusia hanya bisa mengenali sel telur dari manusia, begitu juga sebaliknya sperma binatang tidak bisa menghamili manusia.
Selain itu susunan genetik dari satu spesies dengan spesies berbeda lainnya tidak bisa menghasilkan keturunan, sehingga jawaban untuk pertanyaan ini tentu saja sperma manusia tidak bisa menghamili binatang.
Hal ini juga turut diamini oleh Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS, Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) saat dihubungi detikHealth. Prof Wimpie menuturkan seorang manusia tidak mungkin bisa menghamili binatang.
Prof Wimpie mengatakan seseorang yang tertarik bersetubuh dengan binatang bisa diklasifikasikan apakah sekedar iseng atau murni mengalami penyimpangan seksual.
“Untuk kasus manusia yang menyetubuhi binatang harus dilihat terlebih dahulu apakah ia memang memiliki penyimpangan atau hanya keisengan saja.
Jika hanya dilakukan sekali lalu timbul penyesalan, maka bukan disebut dengan penyimpangan atau kelainan,” ungkap pengajar di Bagian Andrologi dan Seksologi, Pusat Studi Anti-Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali ini.
Prof Wimpie menjelaskan jika seseorang merasa terangsang dengan binatang atau saat dihadapakan pada pilihan antara binatang atau manusia ia memilih binatang, maka orang tersebut dapat dinyatakan memiliki penyimpangan atau kelainan.
Untuk kasus seperti ini, tidak ada perawatan khusus yang bisa diberikan oleh orang tersebut untuk menyembuhkan penyimpangan ini.
“Sementara itu jika seseorang yang menyetubuhi binatang hanya karena iseng akibat tidak ada pelampiasan untuk nafsu seksualnya, maka kondisi ini masih bisa disembuhkan karena bukan berupa penyimpangan,” ujar dokter yang mendapatkan gelar seksolog dari University of Washington, Amerika Serikat.
Menyetubuhi binatang juga sangat berbahaya bagi kesehatan salah satunya adalah penularan penyakit dari binatang tersebut ke manusia (zoonosis).
Perpindahan kuman ini bisa melalui cairan vagina, urin, saliva atau feses. Dalam hal ini manusia tersebut juga sangat rentan untuk terkena infeksi seksual.